CERMIN (Prolog):





Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam sejahtera.

Haloo , selamat pagi, siang dan malam bagi pembaca Blog Saya.
kali ini saya WN, akan membagikan sebuah cerita yang berbeda dengan 100 Tahun Setelah Aku Mati.cerita ini adalah cerita dari seorang, ehh maksud saya cerita ini dari
dua orang tapi dari dua orang yang ....... Ahhh saya sendiri bingung kalau menjelaskannya secara singkat pada kalian, simak saja ya.

cerita ini lebih nyaman saya sebut sebagai fiksi. jadi jangan over kepo ya saudara-saudara. Dan jika mungkin ada yang "seakan" mengenal tokoh dalam cerita mohon tetap anggap cerita ini fiksi, oke??

cerita ini akan sedikit panjang. saya tidak tau seberapa panjang, dan seberapa lama saya bisa menulisnya. sebisa mungkin akan saya selesaikan sampai pada titik tertentu sesuai permintaan si penutur.mohon jangan terlalu memburu, jika ada kentang mohon maaf karena keterbatasan saya,

pertanyaan lebih lanjut via ig : @wn.naufal

semoga hikmah dan pembelajaran yang mungkin ada dalam cerita ini bisa diambil oleh pembaca semua.


ini adalah cerita mereka, yang mengaku bernama WISNU MURTI, dan cerita ini dimulai!!







Senin, 23 Januari 2017

HARUM... AKU HARUS PULANG


Oleh : WN


“Angin itu membawaku pergi jauh, dan ikut merengkuh mimpiku
Angin itu meniupkan semilir sejuk pengharapan dan doaku kepada Tuhan
Angin itu juga menghempaskanku dari kasih yang tak sampai
Angin membawaku berhijrah membawa serta kuat dan lemahnya imanku
Dan angin itu membimbingku kembali ketempat dimana aku berasal”



Aku menyukai tempat ini, aku selalu menyukainya, rumputnya hijau dengan hamparan yang sangat luas, udaranya hangat dan angin selatan meniup rambutku dengan pelan, pepohonan yang sengaja dibiarkan tumbuh membesar membuat padang rumput di sebuah bukit kecil ini teduh dan nyaman untuk dijadikan tempat bersantai, dari kejauhan kulihat bias jingga mentari yang berpendar indah membuat rona langit di provinsi ini terlihat berkilau keemasan, saat itu adalah musim gugur dan daun-daun momiji dari pohon maple berjatuhan ditiup angin yang berhembus,membuat sketsa alam yang memanjakan mata, suasana seperti iniyang akan aku rindukan dari tempat ini.

Kumpulan sapi itu dengan malas asik mengunyah rumput yang sudah masuk ke perutnya yang bersekat-sekat hingga dia bisa mengembalikan rumput yang sudah ditelanya untuk dikunyah kembali, pikiranku melayang kekampung halaman, kalau dikampungku sapi-sapi ini istilahnya sedang nggayemi.
Aku tersenyum sendiri karena bernostalgia kebeberapa waktu yang lalu, dimana aku masih menjadi pemuda kampung pengangguran yang baru putus kuliah, dan pekerjaanku kala itu Cuma mencari rumput untuk pakan ternak. Kulempar pandangan dan melihat beberapa pekerja mulai berkemas pulang setelah seharian bekerja di peternakan sapi itu, cukup banyak pekerja peternakan disini karena memang sapi-sapi itu adalah sapi spesial, sapi wagyu adalah sapi khusus yang memiliki harga jual yang sangat tinggi, bahkan dagingnya adalah daging sapi termahal didunia, harganya bisa lebih dari ¥25.000/kg, ya sangat mahal memang, bahkan untuk daging bagian tertentu seperti bagian tenderloin yang biasa dijadikan steak di Aragawa bisa mencapai ¥40.000 itu bahkan hampir sama dengan uang sakuku selama sebulan disini...

Aku berdiri dari tempatku duduk dan membersihkan celanaku dari rerumputan yang menempel, hari menjelang malam dan aku harus kembali ke asrama dimana aku tinggal. aku menyusuri jalanan kota kobe yang bersih dan asri, aku berbarengan dengan beberapa pejalan kaki yang berjalan pulang dengan sangat cepat
“kebiasaan orang jepang”gumamku pelan, beberapa hal yang aku pelajari selama disini adalah kebiasaan orang lokal, yaitu cepat... semua serba cepat, kerja cepat, jalan cepat, makan cepat, bahkan ketika sampai rumah mereka cepat-cepat tidur agar bisa cepat bangun dan cepat bekerja, hal lainya adalah kesukaan mereka tentang antri.. orang-orang disini sangat suka antri, naik bis antri, jalan antri, ke toilet antri bahkan mereka rela antri panjang untuk sekedar membuang sampah, hal yang sangat kontras jika dibandingkan kebiasaan orang didaerahku yang mempunyai semboyan “alon-alon ndang kelakon” dalam bekerja dan kemrungsung dalam hal antri.

Hanphoneku bergetar dari dalam saku celana jeans, aku buru-buru merogohnya dan membaca pesan singkat line itu..

“Bejo kun, dimana kamu? Semuanya sudah siap” begitu kira-kira bunyi pesan singkat itu jika diterjemahkan dalam tulisan romanji atau tulisan latin. Pesan itu dari teman dekatku bernama Harum..
aku memasukan hp kesaku dan tidak membalas pesan dari Harum, kenapa? Karena asramaku sudah terlihat dan tidak sampai 5 menit aku akan sampai kerumah, meskipun sudah beberapa lama tinggal disini tetap saja aku tidak bisa mengikuti budaya cepat ala orang jepang, aku tetap dengan mental jawaku yang ndablek dan berjalan dengan alon-alon, aku sengaja berlama-lama berjalan untuk menikmati desiran angin pantai dan bunyi deburan ombak dari laut setonakai yang tidak seberapa jauh dari lingkunganku, jadi dari kejauhan aku bisa melihat birunya laut dengan pemandangan indahnya, disisi pinggir terlihat sibuknya pelabuhan Kobe yang dari pertama aku menginjakan kaki disini memang tidak pernah istirahat dari aktivitas manusianya.

Aku sampai didepan asramaku, jangan bayangkan aku tinggal disebuah apartemen,ini lebih mirip kost-kostan mahasiswa yang ada di Jogja, hanya saja disini bergaya Minka atau rumah tradisional jepang, aku melepas kutsu yang sudah lusuh karena begitu lama saya kenakan, menatanya ke rack shoes dan menggantinya dengan heyabaki atau alas kaki yang khusus digunakan didalam rumah.
“harum..aku pulang” panggilku dari luar pintu

“kenapa lama sekali?, aku menunggumu seharian Bejo kun” kata perempuan yang muncul dari balik pintu itu...
Namanya adalah Harum, begitu aku memanggilnya, sebenarnya namanya adalah Harumi yang berarti musim semi, aku memanggilnya Harum karena terdengar lebih nyaman ditelingaku.
Putih, seperti gadis jepang kebanyakan, sipit seperti gadis jepang pada umumnya,dan aku yakin semua akan sepakat mengatakan kalau Harum adalah gadis yang cantik, dapat terlihat jelas dari rambutnya yang hitam gelap, hidungnya yang mancung,binar matanya dan satu hal spesial yang bisa membuatmu jatuh cinta adalah senyumanya yang sangat manis.

“yaaa aku sedang menikmati suasana sekitar, kamu tau sendiri tidak lama lagi aku akan berpisah dengan tempat ini” jawabku sambil nyelonong masuk kedalam asrama.
Sebenarnya aku tidak sendiri disini, awalnya beberapa teman senegara juga menjalani program belajar sama sepertiku, tapi karena aku adalah angkatan terakhir maka teman-temanku sudah selesai mengikuti program selama 6 bulan ini dan sudah kembali ke tanah air, jadi tinggalah aku sendiri menghadapi kerasnya kota Kobe dengan tingginya biaya hidup didalamnya, statusku yang hanya seorang trainer ditambah kenyataan bahwa aku hanyalah gaijin yang tinggal sendirian membuat semuanya tidak mudah, tapi sama seperti namaku “Bejo” im a lucky man, takdir membawaku bertemu seseorang yang membuat kisah yang akan terekam dan terkenang manis selamanya di otak dan hatiku, dia adalah Harumi, seorang mahasiswi asal Osaka yang sedang melakukan penelitian di kobe, awal pertemuan kami terjadi di peternakan yang menjadi latar pertama cerita ini dimulai, saat itu aku sedang berjalan berkeliling dan menjepret gambar beberapa anak sapi menggunakan kamera saku yang yang aku bawa, semuanya baik-baik saja sampai tiba-tiba seekor sapi betina ambruk dan melenguh kencang, aku yang tidak tau apa-apa mengenai dunia peternakan Cuma bisa tolah-toleh mencari beberapa pekerja yang harusnya ada disekitar situ tapi sial bagiku karena entah kenapa pekerja yang biasanya hilir-mudik kini tidak nampak sama sekali, dan sapi betina berukuran jumbo itu aku yakin akan segera melahirkan,
Dan entah darimana datangnya, tiba-tiba seorang gadis berlari dengan kencang dan berteriak-teriak dengan bahasa yang tidak begitu aku mengerti datang dengan sebuah kotak besar,

“kenapa diam saja dan tidak memanggilku, tolong carikan ember dan bawakan kain yang tersampir itu!” bentaknya kepadaku.
Aku yang tidak begitu paham dengan situasi dan bahasa jepang yang begitu cepat dia ucapkan itu membuatku hanya bisa menerka, kira-kira apa maunya gadis asing ini, dia menunjuk sebuah kain yang sedang terjemur dan dengan segera aku mengambil dan menyerahkanya kepada gadis itu..

“ember! Kubilang ambilkan ember disana! Apa kamu tuli??” bentaknya lagi sambil menunjuk sebuah ember..
Sebal juga rasanya dibentak orang yang tidak kalian kenal, disuruh-suruh pula, tapi karena aku melihat dia hanya seorang gadis dan sendirian menangangi sapi melahirkan itu maka aku pasrah, pasrah disuruhnya ini-itu, gawat juga seandainya tidak ada gadis itu, bagaimana jika sapi wagyu itu mati? Dan karena hanya ada aku disana mungkin aku akan dituduh melakukan tindakan yang membuat sapi itu mati, kan bahaya karena sapi wagyu itu bukan binatang murah, bisa-bisa langsung dideportasi kan berabe, begitu pikirku kala itu...
Singkatnya, sapi itu berhasil melahirkan dibantu gadis asing itu, dan tidak selang berapa lama para pekerja di peternakan ini baru muncul, aku baru tau ternyata mereka semua sedang istirahat makan siang...

Aku membersihkan diri dengan mencuci tangan karena kotor akibat terkena lendir dan darah dari sapi itu, disampingku ada gadis jepang yang barusan, mungkin dia adalah dokter hewan, atau apa aku tidak peduli, karena kaum muda jepang itu biasanya sangat tidak ramah dengan gaijin sepertiku..
“terimakasih sudah membantuku, maaf memintamu melakukan hal yang bukan menjadi tugasmu” kata perempuan itu sambil membungku, perilaku khas orang jepang untuk meminta maaf berkenalan dan sebagainya..

“ah.. tidak masalah, aku kebetulan lewat untuk menggambil gambar saat sapi itu tiba-tiba jatuh” jawabku dengan kalem..

“maksudmu??,kamu bukan pekerja disini? Oh maafkan aku, aku tidak tau kalau kamu bukan pekerja, aku merasa tidak enak, maafkan aku” kata gadis itu dengan menunduk,

aku tersenyum, ternyata gadis ini bisa sopan juga, begitu batinku dalam hati..

“ahhh tidak apa-apa, sungguh.. senang bisa membantu jika itu tadi bisa disebut membantu”

Dan disitulah kami berkanalan, Harumi seorang Mahasiswi Kedokteran hewan yang sedang magang disini, dan namaku Bejo, seorang siswa magang juga yang sedang praktek di perusahaan pertanian tomat tidak jauh dari peternakan itu, sejak saat itu kami sering bertemu, awalnya hanya saling menyapa, dan karena intensitas seringnya kami bertemu aku beberapa kali memberanikan diri mengajaknya mengobrol, dan ternyata Harum adalah gadis yang sangat baik dan menyenangkan...
Kami bertukar nomor telefon dan rutin berkomunikasi via aplikasi Line, dan dari situ keakraban kami mulai terjalin baik, kami sering makan siang bersama, bahkan jalan bersama,dia selalu tertarik dengan ceritaku tentang kampung halamanku yang berada di Jogja..

“tempat tinggalmu terdengar eksotis” begitu katanyatiap kali aku menceritakan budaya dan bagaimana masyarakat dimana aku tinggal,

“bolehkah suatu saat nanti aku mengunjungi rumamu?, aku ingin melihat Jogjakaruta” begitu yang selalu dia tanyakan tiap kami selesai mengobrol, orang jepang memang tidak bisa melafalkan kalimat dengan huruf mati selain “N” maka Harum menyebut Jogjakarta dengan Jogjakaruta, begitu juga saat menyebut Jakarta maka orang jepang akan melafalkannya menjadi Jakaruta, begitu juga kalimat-kalimat lain dalam bahasa inggris yang dilafalkan orang jepang semaunya sendiri, itu kadang membuatku terkendala dalam hal bahasa disini.

Cantik, pintar, dan asik, laki-laki mana yang tidak betah berlama-lama denganya, begitu juga aku yang merasa sangat nyaman dengan Harum..
“kamu adalah laki-laki yang unik dan baik, belum pernah aku bertemu orang sepertimu, aku sangat nyaman berada didekatmu Bejo kun, aku berharap kamu tinggal lebih lama disini agar kita selalu bisa bertemu” Harum mengatakan itu, dan teman kalian tau? Rasanya aku ingin meloncat setinggi-tingginya karena saking senangnya mendengar perkataan Harum, ada perasaan aneh yang aku rasakan saat bertemu denganya, saat melihat senyum itu, saat melihat binar mata itu dan saat melihat wajah damai itu, apa kalian pernah merasakanya? Sesuatu yang hangat dan berdesir di dada.

Cinta itu seperti angin, dia bisa bergerak diamana saja, angin ada disemua belahan bumi yang memiliki oksigen dan bergerak dengan statis, angin bisa menyejukan, dan angin juga bisa menghancurkan, dan sepertinya angin menerbangkanku sampai kesini, dia menyejukanku dengan pertemuanku kepada Harum, lalu apakah angin akan menghancurkanku? karena akan menerbangkanku lagi dan membuatku terpisah dengan harum.

Aku duduk melamun di depan tv, Harum sudah pulang jam 8 tadi, tadi dia datang untuk menyiapkan makan malam kesukaanku, yaitu rendang.. kalian tidak akan menyangka bagaimana Harum belajar membuat bumbu rendang dan dengan kusus membuatkanya untuku. Perlakuanya yang lembut dan perhatian sungguh berbeda jauh dengan rumor bahwa gadis jepang itu lebih mementingkan karir dari pada hal-hal seperti ini.
aku meremas sebuah kertas yang membuatku tidak bersemangat selama beberapa hari ini..
kertas itu berisikan pengumuman bahwa aku sudah lulus dalam mengikuti training magang sekaligus belajar pertanian disini, artinya adalah aku diberi waktu seminggu untuk mengemasi barangku dan sedikit berlibur sebelum pulang kembali ketanah air..
teman.. kalian tau ada 2 perasaan tercampur disini, antara senang dan sedih, senang karena tanggung jawabku sudah selesai dan bisa kembali pulang, tapi disatu sisi ada perasaan sedih jika harus meninggalkan Harum, kenapa surat ini datang saat perasaan itu muncul? Begitu sesalku dalam hati..

“Harum, besok jadi kan?” klik...aku memencet tombol send dan mengirimkan pesan singkat itu kepada Harum.
....
...
“tentu saja Bejo kun, aku bahkan tidak bisa tidur untuk menunggu besok” begitu balasan pesan singkat dari Harum...

Kupeluk bantal guling disebelahku erat-erat, serasa tidak sabar besok akan menghabiskan hari terakhirku disini bersama Harumi...
Sejenak aku berpikir apakah besok akan menyatakan perasaanku kepadanya?, bahwa aku menyayanginya? Tapi untuk apa? Aku menyatakan cinta hanya untuk berpisah? Tidak lucu, sangat tidak lucu.. bukan perkara mudah, aku merasa jarak kami begitu.. begitu jauh, perbedaan, budaya, jarak dan waktu, dan juga masalah perbedaan keyakinan juga menjadi halanganku, ahhggggghhh rasanya buyar. Dan semalaman aku hanya melamun sampai aku tidak sadar sejak kapan aku tertidur.....

Pagi itu aku bersiap, kupakai kemeja terbaik yang kupunya, sepatu sudah ku cuci dari kemarin, sssttttssssst ssssstttttt parfum murahan seharga ¥100 sudah kusemprotkan banyak-banyak kebadanku

“biar wangi” begitu gumamku didepan cermin, aku bergaya didepan cermin, menata rambut sedemikian rupa, berusaha membuat jambul agar terlihat lebih keren, tapi tetap saja dandanan yang kubuat agar aku terlihat lebih perlente nampak percuma, aku tetap terlihat seperti pemuda kampung dari jawa, apa iya Harumi seorang terpelajar dari jepang yan aduhai nan cantik mau menerima perasaanku yang hanya bekas Mahasiswa Drop out dari Universitas Negri Keguruan yang ada di jogja ini? Aku hanya anak petani, kehidupanku sangat sederhana di kampung halamanku, tapi entah kenapa aku yakin.. aku yakin untuk mengutarakan perasaanku kepada Harum hari ini, karena tidak ada cinta yang sia-sia, kecuali cinta yang tidak diutarakan...

aku berjalan menuju hunian sementar milik Harum, kado kecil seukuran kotak rokok terselip di tas selempang yang aku sampirkan di bahu,
Rumah yang dihuni harum jauh lebih bagus dari miliku, dan saat aku sudah diambang pintu, belum juga mengetuk pintu itu sudah terbuka dan apa yang ada dibalik pintu itu membuat aku terperangah dan secara tidak sadar bibirku bertasbih “subhanallah”
Aku seolah melihat malaikat, bukan... bukan seolah.. mungkin yang aku lihat benar adalah malaikat, hanya saja berujud manusia, “sempurna” walau kata itu tidak pas disandang manusia, tapi tetap menurutku penampilan Harum waktu itu sangat sempurna, dengan rambut indah yang tergerai style pakaian yang anggun namun santai dikenakanya dengan pas, polesan makeup tipis diwajahnya membuanya semakin elok dipandang, untuk beberapa detik saya Cuma bisa bengong.

“kenapa? Apa pakaianku terlihat aneh untukmu?,dan apaitu Subhanallah?” tanya Harum

“em.. subhanallah berarti Maha Suci Tuhan, yang menciptakan orang sepertimu” jawabku yang sukses membuat pipi putihnya bersemu merah...

Kami berjalan menuju sebuah tempat yang sebenarnya sudah pernah kami kunjungi, yaitu Sorakuen sebuah taman tradisonal yang persis berada di pusat kota Kobe, suasananya indah, sangat indah dengan kolam yang berisi ikan koi, pohon cemara khas jepang, dan disampingku berdiri seorang gadis idamanku, yang tanpa aku sangka Harum memnggenggam tanganku...

“benarkah ini hari terakhirmu?, haruskah kamu plang secepat ini?” pertanyaan harumi mengejutkanku, apakah ada perasaan berat sama seperti yang aku rasakan?

Aku hanya bisa mengangguk mengiyakan perkataan Harum..

“dan apa kamu akan meninggalkanku?” tanyanya lagi..

Aku hanya mengangguk lagi, kali ini dengan kata “iya” meluncur dari bibirku..

Harum melempar pandanganya ke sebuah pohon sakura yang bergerak tertiup angin, sayang peristiwa ini tidak berbarengan dengan festifal Hanami, tampak raut kesedihan tergambar di wajah Harum, kami sedang duduk disebuah bangku yang dibuat seperti batu pinggir sungai, kuhela nafas panjang, dan dengan nekat aku duduk didepanya...

“Harum... terimakasih, terimakasih untuk pertemuan singkat kita ini, semua yang sudah kita lewati sangat berharga buatku, tidak seharipun aku tidak bahagia bersamamu,tidak sedetikpun yang ingin aku sia-siakan untuk menikamati moment bersamamu, tapi... bukanya perpisahan itu adalah hal yang hakiki dari sebuah pertemuan?, dan disin, aku ingin mengatakan bahwa mungkin aku gila, karena sudah berani menyayangimu Harum” ucap saya samnil menatap dalam-dalam matanya yang indah, saya tidak tau dari mana kata-kata itu saya dapat, semua terucap begitu saja dan apa adanya.

Harum menutup mulurnya, matanya terlihat berair dan dengan sedikit bergetar dia berkata
“akupun demikian Bejo Kun, kenapa kamu baru mengatakanya sekarang?, kenapa kamu mengatakanya saat kita harus berpisah?”

Hari itu adalah salah satu hari terberatku, dimana semua perasaan tercampur aduk, lega telah mnyatakanya, senang mendengar jawaban yang inginkudengar dari harum, namun sedih ketika realita yang ada mengharuskan aku harus pulang, dan pergi meninggalkanya.. Harum, gadis berbeda agama, budaya dan negara yang membuatku jatuh hati sekaligus patah hati di waktu yang sama.

Tuhan yang maha menguasai perasaan, cinta adalah anugrah sekaligus ujian, anugrah yang memeberikan kenikmatan saat bisa menggapai esensi dan pengakuan cinta dari seseorang, tapi satu sisi Tuhan menguji kita bagaimana sikap dan iman kita saat cinta tak bisa sampai.

Aku merenungi hal ini saat di pesawat,aku merenunginya kenapa Tuhan melakukanya? Tapi aku membuat secarik kesimpulan bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik untuk umatnya, Untuk Harumi hari ini biarlah kita sama-sama sakit, sama-sama hancur. Tapi usaplah air matamu, semoga kita segera sadar bahwa dunia lebih luas daripada Kobe dan Jogjakaruta, jika mungkin kita tidak berjodoh sebagai pasangan, aku berdoa semoga kita berjodoh sebagai sahabat, usaplah.. usaplah air matamu Harumi.. waktu yang akan menyembuhkan kita..

Jogjakaruta, 2014

-Tamat
Share:

1 komentar:

Posting Komentar