CERMIN (Prolog):





Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam sejahtera.

Haloo , selamat pagi, siang dan malam bagi pembaca Blog Saya.
kali ini saya WN, akan membagikan sebuah cerita yang berbeda dengan 100 Tahun Setelah Aku Mati.cerita ini adalah cerita dari seorang, ehh maksud saya cerita ini dari
dua orang tapi dari dua orang yang ....... Ahhh saya sendiri bingung kalau menjelaskannya secara singkat pada kalian, simak saja ya.

cerita ini lebih nyaman saya sebut sebagai fiksi. jadi jangan over kepo ya saudara-saudara. Dan jika mungkin ada yang "seakan" mengenal tokoh dalam cerita mohon tetap anggap cerita ini fiksi, oke??

cerita ini akan sedikit panjang. saya tidak tau seberapa panjang, dan seberapa lama saya bisa menulisnya. sebisa mungkin akan saya selesaikan sampai pada titik tertentu sesuai permintaan si penutur.mohon jangan terlalu memburu, jika ada kentang mohon maaf karena keterbatasan saya,

pertanyaan lebih lanjut via ig : @wn.naufal

semoga hikmah dan pembelajaran yang mungkin ada dalam cerita ini bisa diambil oleh pembaca semua.


ini adalah cerita mereka, yang mengaku bernama WISNU MURTI, dan cerita ini dimulai!!







Sabtu, 01 April 2017

BERADU! | CERMIN Part 4

Kalian tau bedanya aku dengan Murti? yaaa kadang murti bisa sangat tempramental, walaupun sebenarnya aku tau dia itu sangat arif. perlakuan tidak adil, hinaan serta cercaan sudah sangat biasa di telinga kami dan sering kali aku dapat menahan tempramenya. Tapi kali ini lain, nampaknya Murti tidak bisa mentolerir lagi.

“ini sudah keterlaluan wisnu!!.” Bentaknya dengan keras.

“Murti tahan emosimu, ini Cuma akan memperpanjang masalah!”

Tapi murti menghiraukanku, sulit bagiku untuk merebut kendali lagi ditengah emosinya yang memuncak. Satu hal yang kalian harus tau pada situasi ini atau situasi lain dimana kami lebih mementingkan ego maka mengambil alih tubuh ini bukanlah urusan yang mudah, bagaimanapun Murti lebih kuat secara mental dari pada aku..

“Murti dengerin aku! Aku ini kakakmu!” bentaku balik.

“yaa aku tau, dan biarin adikmu ini membela kakaknya!”

Ahhh.. aku malah merasa ngeri, yaa ini bukan kali pertama Murti kalap. Terakhir dia seperti ini malah berujung pada situasi yang serba sulit...

Kurasakan tubuhku berjalan sendiri, otot-ototku menegang dan urat yang ada di kepalaku terasa kaku, tangan ini mengepal dengan begitu kencangnya.. mataku menyorot tajam kepada kumpulan anak berseragam putih abu-abu itu.. kurasakan tenggorokanku bergetar namun tidak bersuara dengan jelas, murti menggeram sepertinya dia sangat marah. Tubuhku yang dikendalikan oleh Murti ini benar-benar tidak mau diajak kompromi. Kugunakan kalimatku untuk membatalkan niatanya namun percuma...

Yang berusan melempar plastik air itu adalah rekan sekelasku. Kelas 2 IPA seorang yang paling tinggi itu pasti pelakunya, dia adalah Efendi akan kujelaskan tentang dia nanti, aku tidak ada waktu menceritanya sekarang. Situasinya sedang gawat, tubuhku sudah bergerak menuju mereka dan siap beradu. Sorot mataku menatap tajam efendi yang dengan congkaknya berkacak pinggang sambil tertawa menantang. Satu, dua, tiga,empat efendi bersama beberapa temannya. Reno, Arwis, Adnan. Mereka menertawakanku yang basah dan belepotan dengan air yang bercampur lumpur.. kepalaku memutar melihat sekeliling dan karena itu diparkiran tentunya situasinya ramai, aku melihat mereka. Anak-anak lain yang juga kebetulan melihat kejadian barusan, banyak yang ikut menertawai, beberapa diantaranya ada yang diam sambil melirik dengan sinis kearah effendi dan kroninya, dan yang tidak peduli tentang hal ini cukup banyak, mereka bersikap netral, seolah tidak terjadi apa-apa.kemudian berjalan pergi. Pemandangan pembullian terhadapku sudah sangat biasa disini, mereka sudah tidak heran..

“murti, ingat terakhir kali kamu begini?endingnya aku yang kesusahan” kataku mungkin memberikan peringatan terakhir kepada Murti.

Kulihat efendi dengan sok jagoan mulai menyingsingkan lengan baju dengan muka yang aku yakin akan membuat kalian jengkel.
Jaraku dengan rombongan mereka tinggal dua meter lagi, dan mereka tambah belagu sambil mengejek dengan sok..
Makin dekat..... dan......

Murti lewat begitu saja, dia hanya diam dan menunduk melewati ganknya efendi, fiuuhhh lega sekali akhirnya Murti memutuskan untuk tidak bertindak bodoh..

“hahahaha.. liat kan? Liat kan?? Dia gak bakal berani.. orang aneh banci!!!” kata efendi dengan berteriak diiringi gelak tawa teman-temannya yang duduk diatas motor mereka.
Tubuhku terus berjalan, kepalaku terus menunduk. Aku berusaha menghiraukan gangguan mereka, walaupun sudah jelas mereka sangat menginjak harga diriku.. murti menggerakan tubuhku sampai pada deret ujung jejeran motor diparkiran, dan tanpa kuduga sebelumnya..
Murti berbalik menendang motor yang distandar paling ujung sambil berteriak

“siapa yang kamu sebut banci?!! Dasar banci!!!” dan tentu saja seperti domino yang dijatuhkan, motor itu secara runtut berjatuhan termasuk mereka yang duduk diatas motor..
Bruuk... bruukk.. bruukkk
“woyyy brengsek!!” teriak mereka yang saling tumpah tindih karena terjepit motor yang jatuh, beberpa diantara mereka berteriak kesakitan karena terkena knalpot panas tanpa bisa melepaskan diri.
Kegilaan murti tidak berhenti, entah motor-motor ini milik siapa dia sudah tidak peduli dan meloncat keatas motor-motor yang ambruk itu. Dia berjalan menginjak-injak dan menuju efendi yang tertindih sebuah motor yang berjenis japstyle..
“murti!!! Stopp!!!” aku berteriak,namun nampaknya Murti malah makin menjadi..
Dengan satu hentakan dia meloncat dan mendarat diatas motor yang menindih efendi. Sama sekali dia tidak bicara saat tinjuku mengepal dan beradu dengan tulang hidung efenndi. Craaatttt!! Darah langsung muncrat membasahi kepalan tanganku.. entah apa yang dikatakan efendi dia hanya bisa meracau dengan tidak jelas, hanya satu tangannya yang bebas dan dia gunakan untuk melindungi wajahnya, namun itu tidak akan menghalangi murti, tangan-tanganku berasa berkontraksi dan seolah melepaskan amarah yang lama sekali terpendam. Dan tiba-tiba buuggggg... aku merasakan sakit dibagian belakang kepala, ternyata adnan, dia sudah bisa melepaskan diri dari tindihan motor dan berusaha membalasku..
“hehhh kurang ajar!!! Sini!!! Satu lawan satu!!” teriaknya menantang.
gerakan tubuhku saat dikendalikan murti sangat cepat hingga aku tak sadar sejak kapan tangan ini meraih helm, pasti murti tidak peduli helm ini milik siapa dan langsung saja dengan sekedipan mata helm ini dihantamkan pada wajah adnan. Tepat sasaran dan benar-bedar telak helm ini melumat wajah adnan, anak tambun itu terhuyung dan jatuh sambil memegangi wajangnya tanpa berani berdiri lagi. Dia Cuma mengeluh sakit.. sakit.. uhhhh...

“kemana perginya sombongmu tadi banci!!!” teriak Murti dengan sangat marah..
Kepalaku menoleh lagi dan menunduk kebawah, terlihat efendi sudah setengah sadar.. dia pasti sangat kesakitan kucium bau benda terbakar, dari sela motor yang menindihnya kulihat celana seragamnya sudah meleleh. Aku bergidik merasakan bagaimana sakitnya jika di posisi efendi..

Wajahnya sudah berlumur darah, pasi tulang hidungnya patah. Sedangkan kulihat ada sobekan di mulutnya. Murti meloncat.. bruukkk dia meloncat-loncat lagi dan lagi.. ahhh aku merasa ngeri sekali, yang kukhawatirkan bukan lagi efendi melainkan Murti..
Aku merasa, murti sangat senang.. dia ... dia sangat menikmatinya.. sekarang murti bukan lagi berkelahi tapi menyiksa! Senyum simpul penuha rti tersunggingdi bibirku..

“murti hentikan!!!” teriaku dari dalam, dan sekali lagi tidak digubris olehnya..

Suasana parkiran yang tadinya ramai menjadi makin ramai, para cewek teriak histeris, sedangkan cowok-cowok yang disekitar situ seperti tidak punya cukup nyali untuk menghentikan murti... ketiga teman efendi tadi sudah kabur entah kemana. Sedangkan adnan dia dipapah beberpa orang yang kawannya yang juga tidak berani membela efendi.
Satpam.. kemana satpam yang biasa jaga parkiran? Tanyaku..
Hari ini sungguh beruntung buat murti, dan sangat sial buat efendi..

Brukk brruukk tiga bogem melayang lagi kewajah efendi, kali ini tanpa perlawanan..
“rasanya enak??.. haha pastinya enak banget seperti hinaanmu!!” kata murti sambil mengangkat kepalan tangannya tinggi-tinggi.. dan tiba-tiba..

“ada apa ini!!!” ahhh biasanya aku sangat takut dengan suaranya, tapi kali ini aku merasa lega karena itu adalah guru bp kami, pak prapto.. tanganku dipegangi oleh satpam yang entah dari mana. Tubuhku diseret menjauh dan beberapa orang mulai berkerumun membantu efendi yang mengerang tidak jelas....
---
Aku dibawa masuk ke ruang BP dengan paksa, beberapa guru berlarian karena mengetahui terjadi perkelaihan antar murid yang mungkin akan berakibat fatal..
“oohh terimakasih murti, kini aku dalam masalah besar!” kataku kepada murti..
Murti masih diam, dia belum menjawab... kepalaku tertunduk, dan tanganku mengucek lututku. Tanganku yang terkena darah dari efendi membuat celanaku kotor dan berbau amis.. aku disuruh pak prapto untuk duduk diam disini, nampaknya para guru sedang sibuk untuk membantu efendi...
--
Hari itu seisi sekolah geger, karena sebuah perkelahian.kalau perkelahian itu dilakukan oleh murid lain terlebih itu gerombolan efendi yang memang berbakat bikin onar pasti tidak akan seheboh ini. Tapi kali ini beritanya lain, efendi berkelahi dengan seorang murid yang sama sekali tidak diperhitungkan, kuper, culun bahkan gila... sangat gila bahkan karena anak gila itu tiba-tiba berubah dari yang semula tenang dan pendiam menjadi liar dan tidak kenal takut...

Efendi mengalami patah tulang hidung, 5 jahitan di bagian mulut, dan luka bakar karena terpanggang kenalpot di bagian kakinya. Sedangkan aku.. aku sehat-sehat saja, begitu juga dengan murti tidakada luka yang berarti kami terima.. aku diganjar skorsing selama 2 minggu, dan mau tidak mau berurusan dengan pihak kepolisian.. yaa walaupun aku belum dipidanakan aku dan murti harus dikenakan wajib absen...

Orangtuaku, mereka sangat kecewa dan takut dengan kondisiku.orang yang mengidap DID dianggap memiliki kecenderungan bunuh diri, orangtuaku sudah cukup terbebani dengan hal itu, sekarang ditambah dengan wisnu murti yang dianggap memiliki kecenderungan menyiksa orang lain.. aah kini masalah kami bertambah.. lengkap sudah penderitaanku sekarang aku tidak hanya dianggap orang aneh tapi juga psikopat...

Aku sudah menghukum murti, setiap hari dia menyesali perbuatanya, dia tidak mau menggunakan tubuh ini bahkan jarang bicara. Lama kelamaan aku jadi kasihan dengannya...

“murti, aku tau kamu tidak bermaksud seperti itu. Jadi ayolah kita lanjutkan hidup kita. Kamu tau kan? Sebentar lagi skorsing kita habis, dan aku tidak mau berangkat sekolah jika itu tanpa kamu” kataku berusaha membujuk murti..
---
Kalian tau? Masalah tadi tidak berakhir begitu saja. Masalah itu terus berlanjut. Jangan harap setelah kejadian itu berlalu semua akan kembali seperti semula... tidakk sama sekali tidak!!

Pagi itu aku berangkat sekolah untuk kali pertama setelah skorsingku berakhir,dan yang menyambutku adalah tatapan mereka... tatapan anak –anak lain yang sekolah di tempat yang sama denganku.. jika dulu mereka memandangku dengan tatapn aneh, jijik dan sebagainya, maka sekarang mereka memandangku dengan lebih hati-hati..
Cara mereka melihat wisnu murti adalah dengan tatapan takut... jangan sampai orang gila itu berbuat rusuh lagi, jangan dekati dia, nanti dia ngamuk seperti kemarin.. mungkin begitu pikir mereka...

“bagus.. sekarang mereka tak hanya memandangku aneh, tapi mereka memandangku dengan tatapan takut”


CERMIN Part 3 CERMIN Part 5
----
Share:

0 komentar:

Posting Komentar