Namaku Wisnu, jangan kamu gunakan nama belakangku, karena itu akan kalian gunakan untuk memanggil nama adiku.
Nama Wisnu hanya akan kalian temukan disini, maksudku dalam cerita ini.
Begitu juga dengan Nama Murti. kami berdua akan menceritakan sebuah
kisah pada kalian tentang hidup kami, hidup kami yang tidak mudah..
baiklah jangan terburu-buru, aku harus mengingat banyak hal. Aku harus
menggiring ingatanku ke belakang, ke masa lalu.. kembali kepada ruang
waktu dan tempat yang sudah sekian lama kami lewati...
....
...
Oke aku sudah mulai ingat, jadi bisa kita mulai sekarang juga.
Akan kumulai ceritaku dari zaman SMA
Aku Wisnu, orang bilang aku Bipolar, dan ceritaku dimulai !!!
------
Itu adalah pagi hari, suasana masih hening tapi kuarasakan hawa hangat..
aku berusaha membuka mata tapi ternyata mataku sudah terbuka, hanya
saja baru ku menyadarinya..
Aku tengah berada di halaman belakang, sebuah ember sedang kutenteng dengan air dan gayung berwarna hijau di dalamnya..
Menurut kalian itu aneh?, sama menurutku juga demikian. Seingatku aku
baru bangun dari tidur, dan tiba-tiba aku sudah berada di halaman...
Kuhalau sinar pagi itu, ternyata hawa hangat tadi berasal dari matahari yang mulai terbit ini.
Tanganku menghalangi cahaya mentari yang mungkin akan berakibat buruk
pada mataku. Tapi kalian tau? Gerakanku barusan bukan gerakan yang
dikendalikan oleh inginku sendiri..
“murti.. sejak kapan kamu bangun?”tanyaku kepada orang yang mengendalikan tubuhku ini..
“ahhh, kira-kira dua jam tadi kok.. kamunya aja yang bangun siang nu”
jawabnya sambil melanjutkan aktifitasnya menyiram kebun bunga milik ibu
kami..
Kuberitahu padamu lebih jauh tentang kami, akan kubuka lagi memoriku.
Tentang traumaku di masa kecil, sejak kecil aku sudah dicap gila..
kenapa? Karena ku sering bicara sendiri, dan kadang aku berubah sifat
dan prilaku dalam watu singkat... kalian boleh memahamiku sebagai orang
dengan kelaianan jiwa. Sah sah saja, aku tidak akan tersinggung. Sudah
biasa..
Sejak kecil aku tidak pernah punya teman, walaupun aku tidak pernah
sendirian.. karena ada Murti. Dia adiku, kuanggap dia seperti itu.
Setiap hari kami ngobrol, suaranya seperti bisikan di kepalaku yang
terngiang dan bisa dijawab. Aku yakin dia nyata, dan bukan karena
gangguan jiwa, tapi dia adalah jiwa lain yang kebetulan nyasar dalam
tubuhku.. satu hal yang unik dari kami adalah kami memiliki kendali pada
tubuh ini..
Yaa serius.. baik aku atau murti kami memiliki kendali dalam menggerakan
anggota gerak ini, aneh kan? Ibaratkan kalau tubuhku adalah mesin atau
robot yang dipiloti oleh dua orang yang berbeda. Kami melihat pandangan
yang sama, kami memiliki memori yang bisa kami bagi, kami berbagi
semuanya, emosi, seperti sedih, senang, jatuh cinta bahkan rasa sakit
pada tubuh kami rasakan dengan sama.
Jadi ketika misal aku jatuh sakit maka murti juga merasakanya. Dan jika
tubuh ini sedang dipakai murti dan dia merasa marah maka aku juga bisa
merasakan kemarahanya...
Aku divonis berkepribadian ganda, karena menurut mereka aku bisa berubah
dari orang periang menjadi orang yang sangat serius.kadang aku lembut
kadang juga aku bisa mengamuk, kadang aku tenang tapi juga kadang sangat
explosive. Yaa tidak heran mereka menganggap aku gila, karena mereka
tidak tau, jauh didalam diriku hidup seorang lagi..seseorang yang
memiliki nyawa
“kamu tidak sekolah hari ini?” tanya dia lagi
“ya sebentar lagi aku akan mandi, setelah kamu selesaikan aktivitasmu ini” jawabku..
Kalian merasa ada yang aneh? Yaa kami melakukan percakapan.. jadi
bagaimana kami saling bicara jika kami hanya punya satu tubuh? Artinya
kan kami hanya memiliki satu mulut dan sepasang telinga seperti kalian.
Apa kami saling menanggapi apa yang keluar dari mulut ini? Contohnya
gini, kalian pernah gak sih kalian mengatakan kalimat tanya kemudian
kalian jawab sendiri? Kadang kami melakukanya, tentunya di tempat sepi.
Tempat tanpa ada orang lain selain kami. Tapi biasanya kami
berkomunikasi dengan pikiran dan batin kami..
Kalian paham kan? Ketika kalian bicara dalam hati..
Kami tidak boleh egois, kami sudah berkomitmen untuk bijak menggunakan tubuh ini, jadi kami menggunakanya secara bergilir..
Hari ini adalah hari senin, aku harus berangkat sekolah. Dan sekolah buat orang sepertiku bukanlah tempat yang nyaman..
“bagaimana kalau hari ini aku dirumah saja?” kataku kepadanya, sekedar
meminta pertimbangan kalau aku ingin membatalkan niat untuk ke sekolah
hari ini..
Kurasakan kepalaku menggeleng sendiri, “enggak nu, kita harus berangkat sekolah” kata Murti
“well sebenarnya aku sedang tidak sehat hari ini” kataku membuat alasan
“haha, nu, penyakit bodomu itu ga bisa sembuh ya?” jawabnya sambil terkekeh.
Maksudnya adalah, aku bodoh jika menganggap bisa membohongi Murti,
karena apa yang kurasakan juga dia rasakan, artinya percuma aku
membohonginya. Diantara kami tidak bisa saling menyembunyikan sesuatu..
“iya iya, aku mandi dulu. Giliranku ya sekarang” kataku sambil bergerak menuju kamar mandi.
Kali ini adalah gerakanku sendiri, aku sudah bisa mengontrol anggota
tubuhku. Dan Murti dia menggantikan posisiku tadi sambil membantuku
belajar disekolah nanti.
sekarang aku sedang sekolah, ditempat yang normal.. sama seperti kalian,
dari sejak sd bahkan aku sekolah di sekolah negeri yang umum. Aneh kan?
Iya aneh untuk ukuran orang yang dianggap mengidap gangguan jiwa
sepertiku.. alasanya adalah. karena Aku bisa belajar dua kali lipat dan
dua kali lebih cepat dari pada kamu. Tentu saja ini berkat murti, secara
fisik tubuh ini punya satu otak, namun ada dua pikiran didalamnya...
seperti sebuah permainan virtual tubuhku ini diperankan secara multi
player...
Jika aku tidur, kadang murti mengambil alih tubuh ini dan belajar, dia
hanya perlu melihat memory yang sudah kulakukan. Lalu dia akan
memperdalamnya sendiri. Itulah alasan kenapa aku bisa sangat betah
terjaga tanpa tidur. Karena kami menggunakan tubuh ini secara
bergantian.. iya betul, aku tidak mau serakah. Murti juga berhak memakai
tubuh ini.
Paling tidak sebagai kakak hanya itu yang bisa kulakukan..
Aku sudah mengayuh sepeda, dan menuju tempat penyiksaan yang kalian sebut Sekolah.....
0 komentar:
Posting Komentar