Cerita dari :
Wisnu dan Murti
Ditulis oleh :WN
“Kutatap dia, dan dia balas menatapku, kupelototi dia dan dia
membalas dengan gerakan sama, kubicara denganya. Dan tutur bibirnya
bergerak mengikuti bentuk lafalan lisanku.. ahhh aku baru sadar, kalau
minimal kamu butuh dua orang untuk membuat satu percakapan”
-Wisnu Murti
Aku melamun.. seperti biasa, setiap hari kulewati dengan lamunan
panjang di sudut kamarku yang terkunci selalu. Kubiarkan gorden
tertutup, sengaja kuhalangi ventilasi dengan lembaran koran yang
kutempel, aku tidak suka sinar itu masuk kesini..
Aku meringkuk diatas kasur yang sudah apek karena sekian lama tidak
dijemur.. tumpukan buku setebal kamus berserakan, sisa piring kotor
kubiarkan tergeletak begitu saja. Kuhiraukan kecoa, semut dan serangga
lain yang mengerubungi sisa nasi yang mulai basi dan berjamur itu..
Hampir 4 hari aku tidak keluar kamar, hanya diam dan merasakan bagaimana nikmatnya depresi..
Kuayunkan kepalan tanganku, yang membuat suara berdebam pada dinding
tebal itu. Tentu saja temboknya tidak apa-apa. tanganku berdarah karena
lecet akibat seringnya kupukul tembok ini, tulangku seperti bergeser
dari tempatnya.. tapi aneh.. aku merasa menikmatinya.. kuhantam lagi
tembok itu dan kurasakan lagi nikmat itu, saat rasa nyeri.. rasa ngilu
ini membuat perhatianku teralih.. aku ulang lagi berkali-kali hingga
dinding ini memerah oleh darah dan kotor akibat kulit dan dagin yang
terkelupas akibat pukulan gila ini...
Aku berdiri... sudah hilang akal rasanya saat mulai kubenturkan dahiku dengan tembok..
Dug.. satu kai, dua kali, tiga kali.. mulai kurasakan benjol dan kebas namun belum ada darah yang muncrat.. jadi kuulangi lagi..
Sampai akhirnya suara itu memanggilku...
“hentikan itu wisnu!!” teriaknya..
“apa pedulimu?” jawabku dengan memundurkan badan agar lebih kencang hempasan kepalaku membentur dinding..
Belum juga kepala ini menyentuh tembok, badankuserasa jatuh..
Bugg.... aku merebah diatas kasur.. badanku tidak mau bergerak, mulutku
juga tidak bisa bersuara. Tapi aku masih bisa melihat dan berpikir..
Aaahhhh.. kucoba sekali lagi, namun percuma.. ini pasti ulahnya..
“Murti!!” teriaku memanggil namanya dalam hati.
Dia tidak menjawabku, aku kesal sekali denganya. Merusak kesenanganku..
Kurasakan badanku dipaksa bergerak, aku tidak bisa bicara ataupun melawan...
Aku bergerak sendiri dan berhenti didepan cermin.. dan dari pantulan
cermin itu kulihat mulutku bicara dan kudengar suaranya dalam kepalaku..
“Lihatlah Wisnu.. rupamu ini buruk!!” mulutku berucap sendiri, tanganku
bergerak dan memperlihatkan lumuran darah dan luka-lukanya...
“kamu sudah paham, jika kamu sakit akupun juga sakit, kamu sudah membuatku ikut merasakan ini!”
Aku tidak membalas omonganya, omongan yang meluncur dari mulutku sendiri..
“kamu ingat kan? Kita ini satu tubuh!!!” ujarnya dengan keras...
-----
Namaku adalah wisnu, sedangkan yang tadi itu adalah Murti, kalian bisa
memanggil kami Wisnu Murti... kami adalah dua “orang” yang berbeda.
Emm..akan Sulit juga menjelaskanya padamu.. baiklah kujelaskan secara
perlahan buatmu.. aku terlahir dengan nama Wisnu Murti, aku lahir secara
biasa, dan terlahir di keluarga biasa. Hal yang tidak biasa adalah saat
aku harusnya terlahir kembar. Namun hanya memiliki satu tubuh.. masih
bingung? Oke kuulangi lagi, jadi seperti ini.. pernah kah kalian
membayangkan kalau kalian memiliki dua otak? Yang masing-masing bisa
berpikir sendiri, atau memiliki dua hati, yang masing-masing memiliki
perasaan sendiri.. namunsepasang otak dan hati itu hanya memiliki satu
tubuh.
Wisnu Murti adalah satu nama utuh yang diberikan orangtuaku.. tapi aku
sudah membaginya menjadi dua, Wisnu adalah aku, dan Murti adalah adiku..
adiku yang tidak memiliki tubuh, dan hidup didalam diriku. Dengan sifat
dan dan tabiat yang bertolak belakang denganku..
Sampai sini paham? Apa? Belum juga kamu paham?.
Oke aku mengerti karena ini memang sedikit kompleks, baiklah kubuat bahasa paling sederhana untukmu.
Aku difonis secara medis memiliki
“kepribadian ganda”.
“iya... aku tau maaf ya.. aku salah” begitu kataku di depan cermin. Aku sudah mampu bicara namun belum bisa menggerakan tubuh..
“apa kamu masih kurang beruntung?.. coba lihat aku wisnu!!” kata murti dengan tangis yang keluar...
“kamu buat ini seolah gampang, dan gak mikir kalau yang bakal sakit gak
Cuma kamu!!” dia sekali lagi memarahiku dengan berapi-api..
Saat itu aku sedang depresi ada sebuah masalah yang membuatku merasa tidak ada gunanya lagi aku hidup..
“jika aku punya tubuh sendiri sudah kupuli kamu sampai benar-benar paham!”
Aku hanya mengangguk ,dan kata “maaf” kuucapkan berkali kali..
Kupandang cermin itu, memang mungkin aku gila... ya aku terlihat seperti
orang yang sedang bicara atau bermain peran dengan pantulan rupaku di
cermin.. ekspresi marah dan sedih bergantian terlihat dengan suara yang
berucap dan dijawab lagi oleh lisan yang sama...
tapi bagiku pantulan di cermin itu, itu bukan hanya bayangan....
0 komentar:
Posting Komentar