Oleh :WN
‘ini adalah kisah cinta, akan kuceritakan padamu dengan bisu dan pilu.
Agar kamu tidak bertanya
Agar kamu tidak menyangsikan
Jika cinta ini dibawa mati”
WN
--
Kulihat orang itu, cahayanya padam sudah. Anak yang digendongnya menangis tanpa tau yang sebenarnya terjadi.
Aku berada disana di pemakaman paling sendu dan menyedihkan yang pernah
kudatangi. Kupegang payung yang kugunakan untuk memayungi kakek
disampingku, agar beliau terhindar dari terik panasnya kota jogja.
“mbah, apa Mas Rizal bakal baik-baik saja?” tanyaku kepada orang tua di didekatku ini.
“simbah rasa kalau terpuruk dalam kejadian seperti ini adalah manusiawi,
dia sedang dijajal Gusti Allah, simbah kasih tau kekamu le, kalau akan
ada 2 kemungkinan disini”
“apa itu mbah?” tanya saya..
“Antara dia akan hancur imanya, atau malah sebaliknya, dia akan semakin mempunyai iman yang tebal”
“kenapa bisa begitu mbah?” tanya saya lagi.
“karena saat ini dia mungkin sedang menggunjing Gusti, dan menuntut hal
yang menurutnya tidak adil ini, itu akan membuat imanya hancur, tapi
jika dia sudah mencapai kepahaman kalau hal ini adalah salah satu bentuk
keadilan itu sendiri maka semuanya akan berbalik” kata kakek ini sambil
beranjak duduk disamping sebuah nisan, mungkin beliau sudah lelah
berdiri.
Aku ikut duduk disebelahnya, dan kalimat wejangan beliau memancing rasa ingin tauku.
“mbah, jadi ini artinya simbah akan membantu mas Rizal kan?” kataku kepada beliau.
Kakek yang sudah udzur ini diam sejenak untuk berfikir kemudian hanya menggeleng pelan.
“Simbah sudah mencoba le, dan sekarang simbah serahkan saja kepada dia”
kata kakek itu sambil melihat dia, mas Rizal yang dengan lelehan air
mata harus dipaksa ikhlas, memasukan jenazah istrinya sendiri keliang
lahat, tempat peristirahatanya untuk selamanya .
Aku masih remaja
tanggung waktu itu, saat melihat ironi yang akan membuat orang yang
melihatnya akan ikut sesak dan merasakan betapa hati itu bisa terluka
walaupun tidak berdarah.
’’Bisa kalian bayangkan ? jika kamu memakamkan istrimu, atau suamimu,
atau keluargamu, atau orang terdekatmu lainya? Dan kamu memakamkan
mereka dengan tanganmu sendiri?, sungguh butuh kekuatan hati yang sangat
besar untuk melakukan hal itu.
ditempatku berdiri aku melihat sebuah siksaan yang begitu hebat diterima
mas rizal, karena siksaan yang sakit tak tertahan bukan siksaan fisik,
melainkan siksaan hati semacam ini yang belum tentu bisa dilalui semua
orang.
Kulihat, kumerasakan.. bagaimana rasanya remuk dari hati mas Rizal, aku
melihat betapa mas Rizal sedang menahan teriakannya, saat tanah itu
mulai menimbun tubuh mbak Risa, yang sudah meninggal. Ketika tanggannya
menaburkan bunga diatas pusara. Aku seperti mengerti bahwa sebenarnya
dia ingin membuang nisan itu, menggali tanahnya, dan kembali membawa
mbak Risa pulang. Tapi apa? Mas Rizal hanya bisa menahan itu, menahan
diri dari sesalnya, dan bertahan dari takdir yang membenturnya .
Aku hanya bisa menatap mas rizal, aku tidak berani mendekat. Ini adalah
momen sensitif untuk siapapun saat melihat kuburan pasanganya untuk kali
pertama. aku lihat dia memeluk abima, anak spesial itu mungkin adalah
satu-satunya alasan mas rizal masih ingin hidup.
Dia mendekatkan tangan kecil abima kepada nisan ibunya, anak itu
menepuk-nepuk pusara yang menjadi tugu penanda bahwa disini terbaring
wanita yang melahirkanya.gerakan abimanyu membuatku berkhayal kalau
sekarang anak ini sedang berusaha membangunkan ibunya yang telah tiada.
Kawan..... jika kalian ada disana kalian akan tau rasa sakit yang sebenarnya
Getir!!!!!
Pemakaman sudah selesai, beberapa pelayat sudah mulai pulaang , beberapa
diantaranya tinggal untuk memberikan penghormatan terakhir, ada juga
yang lebih lama dittempat ini untuk menemani mas rizal sekedar menunggui
mbak Risa lebiih lama. Aku lihat beberapa lelaki, mungkin itu keluarga
dan sahabat mas Rizal, tapi dia tidak bergeming denggan berbagai doa dan
ucapan dari mereka dengan tatapan kosong tetap saja dia menatap
gundukan tanah itu.
Aku lihat beberapa wanita. mungkin juga adalah keluarga dan sahabat
dariinya, masih saja mas Rizal tidak bergeming dengan dukungan dan doa
yang mereka ucapkan untuk mas Rizal dan Abima yang samar aku dengar dari
tempatku dan kakek itu duduk.
Aku nelihat wanita lain dengan wajah yang cantik. kerudung keungguan dan
kacamata hitam yang ia kenakan tidak mampu menutupi kecantikannya, dia
dituntun seorang wanita lain yang hampir seumuran dan wajah yang hampir
serupa. Apa mereka kembar? Begitu pikirku.
Tanggannya membawa tiga petik kembang kertas, bunga yang tidak lazim
untuk dibawa ke pemakaman. Kupikir dia akan melakukan hal yang sama,
yaitu memberikan ucapan kepada mas Rizal. Tapi aku salah, wanita itu
seolah mengabaikan mas Rizal dia letakkan satu tangkai kembang di makam
mbak Risa sejurus kemudian berbalik dan memberikan dua tangkai lain
masing-masing untuk mas Rizal dan Abima. Abima hanya menerimanya dengan
ceria seperti biasa. Tidak sadarkah anak ini jika mungkin akan kesulitan
atau bahkan sama sekali tidak bisa menggingat memori bersama ibunya
ketika dia besar kelak.
Tidak seperti orang-orang tadi wanita terakhir ini tidak berucap. hanya
memberikan bunga itu kepada mbak Risa, mas Rizal dan Abima. Kemudian dia
pergi sembari mengelus kepala Abima.
Aku masih disitu, dipemakaman itu bersama kakek tapi tidak untuk sekedar
memberi ucapan kami datangi dia yang memandang kosong kuburan ini
sambil mendekap Abima dengan erat. Kami juga tidak memberikan dukungan,
karena dukungan yang diberikan pelayat yang begitu banyak tadi harusnya
sudah cukup untuk membesarkan hatinya lagi.
kami datang untuk membujuk mas Rizal agar ikhlas merelakan istrinya yang
pergi meninggalkan dunia yang serba fana. Ke tempat yang sebenarnya
abadi.....
Hari itu aku yang masih belum tau banyak tentang apa itu mati, apaitu
cinta. Adalah dua hal yang belum pernah aku alami yang masih belasan
tahun.
Tapi hari ini aku paham, aku bersyukur aku bisa paham tanpa perlu mengalami hal sama yang dialami mas rizal.
Saat dia harus melihat cintanya mati, dan yang mati membawa cintanya.
Kakek memberikan wejanganya kepada mas rizal, bahwa hidup dan mati
sebenarnya sangat dekat, manusia yang bernafas memang akan putus juga
nafasnya pada akhir hidupnya. Orang tua yang berwibawa itu berkali2
menggugah sanubari mas rizal agar mau berdiri lagi, tapi tetap saja.
Mata sayu dan semangat padamnya yang terus terlihat di permukaan.
Kakek kembali kepadaku, kusebut beliau kakek atau dalam bahasa jawa
simbah. Karena beliau yang memintanya, tidak seperti mas rizal yang
memanggilnya dengan nama Kyai.
“sekarang, tinggal menunggu le, kita hanya bisa menunggu waktu yang
menyembuhka dia” kata kakek sambil mengajak saya untuk pulang..
“tapi mbah, apa mas rizal bisa kembali lagi?” tannya saya yang dengan berat hati harus ikut pulang...
“dia akan baik-baik saja kok. Kamu tenang saja. Simbah percaya sebentar lagi dia akan sembuh” kata beliau dengan bijak.
“simbah yakin?” tanyaku lagi, memastikan kehendak beliau untuk pulang secepat ini.
Kakek tidak berkata, tapi dengan tongkat yang dipegangnya beliau menunjuk kearah seseorang. Abima..
“anak itu yang akan membuat dia bangkit” jawab kakek yang berjalan diikuti aku di belakangnya..
Aku membayangkan ini saat di dalam bis, membayangkan mereka berdua.
Kenapa hal tragis terjadi pada orang yang baik seperti mas rizal?
Tidakah dia cukup diuji selama ini?,
Mendengar kisah cintanya membuatku ngeri, setelah apa yang mereka lalui selama ini mereka dipisahkan oleh maut begitu saja.
Menurutku kisah mereka begitu manis, sekaligus tragis.. orang akan jatuh
cinta sekaligus hancur hatinya saat tau dan mengenal siapa mereka...
Lamunanku berlanjut, dengan rintik hujan yang mengembun membasahi
jendela dari bis yang aku tumpangi.. membuat semuanya menjadi semakin
sendu...
---
Semua terjadi begitu cepat, roda dunia berputar. Bumi berotasi, siang
berganti malam, musim silih berganti, badai tangis dan tawa akan dilalui
semua manusia yang masih bernafas dan bernafsu. Aku semakin berumur,
namun belum menginjak masa pendewasaanku..
Saat itu aku sedang menunggu seseorang yang membuat janji denganku.
Cukup lama aku menunggu, 2 teh botol sudah kuminum dan setengah bungkus
rokok sudah kusulut, membuat penuh asbak dari tanah liat itu, atau
mungkin aku bisa sebut sebenarnya itu pot bunga yang kujadikan asbak.
Sesekali mataku melayang pandang ke jalanan, untuk mengecek, mungkin kendaraan orang dari yang kutunggu ini sudah terlihat...
Sampai akhirnya dia datang. Saat mobil keluaran 90an itu berhenti didepanku yang sedang duduk di sudut taman kota...
Masih terlihat wibawanya, belum luntur sifat pendiamnya,. Tapi terlihat jelas bahwa rasa terpuruk sudah pergi darinya..
Dia menggendong, abima yang sudah terlihat besar dan mulai mengoceh
dengan beberapa kalimatnya dengan ceria.. satu hal yang menjadi kejutan
buatku teman... adalah dia menggandeng seseorang...
Seorang wanita yang mungkin baru pertama kulihat.. dari kejauhan kuamati
mereka semakin dekaat, dan samar diingatanku. tapi Aku seperti mengenal
perempuan anggun berjilbab itu..
Dan ya,,, itu adalah wanita kembang kertas itu.. tidak salah dia yang hadir di pemakaman mbak risa beberapa waktu lalu..
Saya menyalami mereka dan setelah berbasa basi seadanya dimulailah cerita itu, cerita yang membuka semuanya.
Satu persatu cerita itu dituturkan, mulai bagaimana mereka bertemu dan
akhirnya cinta yang awalnya mas rizal anggap tidak akan tumbuh lagi
secara ajaib muncul dan Cumiarkan dia.
Seorang wanita sederhana, memiliki masalalu kelam yang sarat makna.
Kisah itu dituturkan satu persatu kepadaku dan membuat mulutku tidak sengajabertasbih “subhanallah”
Entah apa yang aku rasakan ketika itu, dan malah bertanya dalam hati.
Benarkah Tuhan menciptakan dua orang ini? Suatu kebetulan atau suatu
takdir adalah pertanyaan yang tidak perlu dijawab karena kita akan
melaluinya tanpa harus bertanya...
---
Mas rizal mencintai mbak risa, dan begitu juga mbak risa yang akan terus mencintai mas rizal dari keabadianya.
Kutekankan disini, bahwa mas rizal bukan tidak lagi mencintai mbak risa,
mas rizal tetap dan akan selalu begitu, kini dia mencintai mbak risa
yang sudah tenang di dunia lain, dengan kasih yang disampaikan berbeda
dari semasa mereka bersama didunia.
Aku tersenyum karena terenyuh, terenyuh akan kesadaran dan kedewasaan
mereka menghadapi apa yang sudah terjadi, yang akan terjadi,dan mungkin
tidak akan terjadi.
Kecintaan mas rizal kepada mbak risa dia wujudkan lewat ungkapan
kasihnya untuk istrinya yang sekarang. Bukan berarti mas rizal
memposisikan istri keduanya untuk menjadi mbak risa.karena itu mustahil
menjadikan 2 personal berbeda untuk menjadi sama.
Untuk kembang kertas milik mas rizal, kupastikan untuk sajak kecilku
akan tertulis walau tidak seindah dan sepahit apa yang sudah kamu lalui
Untuk si bunga mawar yang pernah dimiliki mas rizal , kamu akan tetap
dalam kenangan dan memori kami sebagai ciptaan-Nya yang indah yang
terkenang selalu dalam abadi dan sejuta manisfestasi bentuk rupa dari
pikiran kami.
Dan untuk abima kecil, entah ungkapan apa yang pas buatmu, aku melihat
suatu tantangan besar yang melebihi bapakmu, akan kamu hadapi besok,
jika bapakmua adalah orang yang berjuang dalam bisu, sunyi tanpa perlu
seorang pun mengenalnya, maka kamu akan bertolak belakang denganya. Aku
melihatmu kelak akan tumbuh menjadi orang yang dikenal orang lain yang
bahkan tidak kamu kenal.. entah kapan tapi kupercayai hal itu.
Ohh iya, sedikit rahasia buatmu... mungkin kamu penasaran, tapi
berjanjilah jangan katakan ini pada siapapun sssstttttt... nama istri
mas rizal sekarang adalah ...............
“Tentang Mereka”
Tamat
0 komentar:
Posting Komentar